Anak Sabiran Jadi Pembuka Southeast Asian Film Festival 2014

Anak Sabiran di Balik Cahaya Gemerlapan karya Hafiz Rancajale didapuk menjadi film pembuka Southeast Asian Film Festival (SEAFF) 2014, yang akan berlangsung di Singapore Art Museum dari 11 April sampai 4 Mei. Perhelatan yang memasuki tahun keempat ini berfokus pada penayangan film-film yang dianggap mewakili kawasan ASEAN lewat eksplorasi sinematik maupun pendalaman isu. Anak Sabiran tidak sendirian mewakili Indonesia. Ada pula Denok dan Gareng karya Dwi Sujanti Nugraheni dan What They Don’t Talk About When They Talk About Love karya Mouly Surya. Ketiganya akan diputar bersama tujuh belas film lain yang terseleksi dalam SEAFF 2014. Jadwal pemutaran selengkapnya dapat disimak di situs resmi festival.

SEAFF 2014 menandai pertamakalinya Anak Sabiran, Denok dan Gareng, dan Don’t Talk Love diputar di Singapura. Sebelumnya, ketiga film ini terhitung kenyang tamasya dari festival ke festival, dari penayangan ke penayangan. Anak Sabiran memulai perjalanannya di Jakarta, tepatnya pada 29 Maret 2013. Dokumenter tentang sosok Haji Misbach Yusa Biran sebagai pegiat dan pengarsip film nasional diputar perdana di Graha Bakti Budaya, Jakarta. Film produksi Forum Lenteng ini kemudian diputar secara khusus di ARKIPEL International Documentary & Experimental Film Festival 2013 di Jakarta, menang kompetisi Festival Film Dokumenter 2013 untuk kategori Dokumenter Panjang Terbaik, dan ditayangkan di Dubai International Film Festival 2013.

Denok dan Gareng pertamakali tayang di International Documentar Festival Amsterdam 2012. Dokumenter tentang sepasang mantan anak jalanan yang mencoba menyambung hidup ini kemudian menang sebagai juara kedua kompetisi internasional di ChopShots 2012 di Jakarta, dan menang sebagai Film Terbaik di Salaya International Documentary Film Festival 2013 di Thailand. Sepanjang tahun lalu, Denok dan Gareng telah tayang di Nuremberg International Human Rights Film Festival, Yamagata International Documentary Film Festival, Luang Prabang FIlm Festival, dan Asia Pacific Screen Award.

Sementara itu, Don’t Talk Love tahun lalu menjadi film Indonesia pertama yang berkompetisi di Sundance Film Festival, salah satu festival film independen yang bergengsi di dunia. Beberapa hari setelah berkompetisi di Sundance, Don’t Talk Love menang NETPAC Award di International Rotterdam Film Festival. Film Mouly Surya tentang cerita-cerita cinta dalam sekolah luar biasa ini tayang untuk pertamakalinya di Indonesia dalam perhelatan Arte Indonesia Arts Festival 2013, kemudian beredar di jaringan bioskop nasional selama kurang lebih dua minggu.