Annisa Hertami: Seni Peran Juga Penciptaan

Dalam film terbaru Garin Nugroho, Soegija, yang beredar 7 Juni 2012, Annisa Hertami adalah sosok pemain muda baru yang berperan sebagai Mariyem. Dengan latar belakang waktu film pada tahun 1940-1949, perempuan kelahiran Magelang, 7 Oktober 1988 ini harus memerankan seorang perawat pada zaman itu, di tengah perang dan penjajahan. “Aku mendapat pelatihan akting selama satu bulan. Tidak hanya berakting, tetapi aku juga diajari teknik-teknik tertentu seperti, bagaimana orang naik sepeda pada zaman itu, yaitu dari samping. Lalu, memperhatikan mimik dan gesture, melihat foto-foto perempuan zaman itu. Mencari referensi dari internet, melihat video-video untuk membayangkan kondisi dan situasinya seperti apa, termasuk memperhatikan perawat pada saat itu seperti apa.” ujarnya ketika ditemui pada saat gala premiere Soegija. Malam itu ia hadir dengan dibantu penyangga untuk berjalan karena baru saja mengalami kecelakaan. “Iya, jatuh dari motor.” katanya sambil menyeringai.

Awalnya, ia tidak terpikirkan untuk ikut serta bermain dalam film Soegija, apalagi ketika tahu bahwa yang menyutradarai adalah Garin Nugroho. “Aku dapat info dari temanku kalau Mas Garin lagi membuat film dan sedang buka casting di Jogja. Mas Garin? Ya, aku pikir nggak bakal lah bisa ikutan. Kemudian, temanku bilang lagi, “Tokoh yang dicari mirip kamu, perempuan Jawa, rambutnya panjang, tinggi.” Lalu aku pikir, boleh deh dicoba, siapa tahu, ya. Kebetulan aku orangnya suka mencoba hal-hal baru. Pokoknya setelah open casting, lalu lolos seleksi tahap kedua, aku ingat banget karena pas hari ulang tahunku, aku dikabari kalau aku diterima jadi Mariyem. Sempat nggak percaya, apalagi Mas Garin pernah bilang kalau ini film dia yang paling mahal, sehingga jadi beban sekaligus tantangan sendiri buatku. Jadi, karena sudah dipercayakan memerankan ini, aku pun berusaha maksimal, jangan sampai mengecewakan.” ceritanya.

Bagi Annisa yang tergolong pemain baru, berperan sebagai Mariyem tentunya bukan suatu hal yang mudah. Namun, ia terbantu dengan pelatih akting, sutradara, asisten sutradara, dan semua pemain maupun kru, yang memang sudah lebih berpengalaman di produksi layar lebar. “Mereka orang-orang yang sangat rendah hati dan luar biasa, juga dengan senang hati mau berbagi ilmu.” Terutama ketika ia harus beradegan memandikan mayat, yang merupakan adegan tersulit baginya, karena itu adalah puncak emosi dari rangkaian adegan yang harus ia jalani. “Jadi pada saat itu, aku harus membutuhkan suasana yang tenang dulu untuk konsentrasi, untuk masuk ke peranku dan menghayati.”

Walaupun Soegija merupakan film layar lebar pertamanya, tetapi sebelumnya Annisa cukup banyak terlibat pada produksi film pendek, baik di depan maupun belakang layar. Bisa dikatakan bahwa pendidikannya di Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta dengan konsentrasi Manajemen Produksi Siaran membuatnya cukup banyak terlibat dalam produksi. “Memang kebetulan teman-teman di kampus ada praktek drama, film pendek, atau memang pada sering berkarya sendiri, membuat film independen. Jadi, aku pertama kali main film itu ya dari teman-teman kampus, judulnya Danyang 2. Itu pertama kali aku berakting. Namun, aku juga beberapa kali jadi penulis naskah, pengarah acara juga, jadi di depan dan belakang layar juga (tertawa).”

Ternyata, terlibat baik di depan dan belakang layar membantunya untuk memahami lebih dalam tentang masing-masing profesi dalam produksi. “Ketika aku terlibat produksi dengan teman-teman, kadang sebagai sutradara, asisten sutradara, maupun produser, aku suka mengamati teman-teman yang berakting. Ketika itu, ada semacam perasaan, seharusnya aktingnya bisa lebih begini atau begitu. Namun, ternyata ketika berperan, ketika memasuki bidang ini, ternyata memang susah juga, nggak segampang ketika melihat orang lain berakting. Aku menyadari bahwa ada hal yang terkoneksi antara orang-orang di depan dan di belakang layar dan masing-masing memiliki tantangannya.” jelas Annisa yang saat ini sedang duduk di tingkat akhir pendidikannya.

Sebagai langkah awal yang cukup besar, apakah ke depannya akan menjadikan akting sebagai karir? “Kalau untuk ke depannya, kita lihat saja, akan seperti apa. Yang jelas kalau sekarang, aku mau menyembuhkan kakiku dulu. Itu yang pertama. Percuma diajak main atau ada tawaran lagi, tapi kakiku masih begini, ya nggak bisa (tertawa). Yang kedua, aku mau fokus mengerjakan tugas akhirku dulu, karena itu tanggung jawabku sama orangtuaku. Yang pasti, tentu ada keinginan untuk berkarya.”